Kelahiran Fayra, Penantian dan Perjuangan

Seorang ibu butuh perjuangahian besar untuk melahirkan bayi dalam kandungannya. Begitu pula dengan perjuangan saat melahirkan Fayra, Bunda harus berjuang keras dalam melahirkan Fayra ke dunia. Pada proses melahirkan Bunda Fayra ditemani oleh Ayah, Ibu Uti, Oma En, dan Tante Nisa. Fayra di lahirkan dengan bantuan Bidan Kunthi dan Bidan Lina di Puskesmas Karang Ketug.

Dalam proses menuju persalinan, Bunda harus berjuang cukup lama. Bermula ketika hari Jumat, 24 Juni 2016 pagi hari Bunda sudah mulai merasakan mulas di perut karena Fayra mendorong-dorong tanda ingin keluar dari kandungan Bunda. Ayah yang saat itu akan berangkat kerja pun sempat menawarkan diri untuk tidak masuk kerja dulu demi menemani bunda dan menanti kelahianku. Tapi bunda menolak dan meminta Ayah tetap pergi kerja.

Siang hari, Bunda meraskan perut yang lebih sakit lagi. Bunda pun mengabari Ayah yang masih di tempat kerja untuk pulang dan mengantar ke tempat persalinan. Ayah pun bergegas pulang. Dengan mengenakan baju koko dan masih menggunakan celana kerja Ayah langsung mengantar bunda ke Puskesmas Karangketug. Bidan pun memeriksa kondisi budan dan pelihat pembukaan  yang terjadi. Ternyata masih buka 1 (satu). Dirasa masih lama, Ayah pun sholat Jumat dulu, sementara bunda, ibu Uti dan tante  Nisa menunggu untuk pulang dulu ke rumah.

Sore pun tiba, Bunda tambah merasakan sakit di perut. Menjelang Maghrib, Bunda meminta Ayah untuk mengantarkan ke puskesmas lagi. Bunda pun diperiksa.
Biidan hanya berkata "Masih buka 2 (dua)".
Bunda semkin merintih dan berujar "Sakit banget Bu.."
"Ah, ini belum apa-apa (sakitnya)..." Jawab bidan dengan santainya.. Ayah dan bunda pun kembali pulang.

Dirumah, Bunda terus-terusan merintih kesakitan. Berulang kali Bunda menjerit dan mengumpat berbagai hal. Ayah pun jadi sasaran pelampiasan rasa sakit bunda. Tangan Ayah diremas-remas bunda saat measakan sakit di perut karena Janin Fayra. Merasa tak tahan dengan sakitnya, Bunda kembali meminta pergi ke Puskesmas. Menjelang Isya, Ayah pun bergegas mengantar bunda. Di Puskesmas, pemeriksaan dilakukan lagi, tapi oleh bidan yang lain.
"masih mau buka tiga ini.." Jawab bidan tersebut.
"Perjuangan masih panjang ini Bu, masih ada buka tiga, empat, lima, enam, dst. Sakitnya juga lebih dari ini." Imbuh bidan yang lainnya.
"Tenaganya di simpan ya, Bu.. Kalau merasa sakit, tarik nafas panjang ya Bu.." tambahnya lagi..
Sementara itu bunda tanpa henti-hentinya mengerang kesakitan dan menjerit-jerit tak karuan.

Sekitar Pukul 19:30 WIB, Ayah sempat bersitegang dengan Bunda. Pasalnya, Bunda meminta ayah untuk mencarikan air dengan doa-doa agar persalinan cepat dan lancar. Bagaimana pun Bunda sudah tidak tahan dengan sakitnya. Namun Ayah kurang setuju dengan hal tersebut. Menurut ayah, hal tersebut tak perlu dilakukan karena bagaimana pun, kita sendirilah berusaha. Ayah sendiri tak begitu suka dengan hal-hal seperti itu. Namun karena bunda sangat memaksa akhirnya Ibu Uti pun mencarikannya.

Pukul sembilan malam lebih, pergantian shift bidan jaga. Kini yang akan menangani persalinan adalah Bidan Kunthi dibantu oleh Bidan Lina. Pemeriksaan pun dilakukan kembali.
"Sudah buka tujuh.. Tinggal sedikit lagi.." Ujar Bidan Kunthi.
Mendengar hal tersbut Bunda lebih optimis. Pasalnya sebelumnya Bunda sempat putus asa dan berpikiran untuk operasi. Bunda pun mengumpulkan tenaga dan mengurangi intensitas menjerit sesuai petunjuk Bidan Kunthi. Yah, walaupun berat..

Sekitar pukul 10 malam, Tante Nisa tampak tidak tega melihat bunda meronta-ronta kesakitan dan meminta Ibu Uti untuk pulang. Saat itu, Oma En, sudah ada di puskesmas untuk melihat kondisi Bunda. Karena Ibu Uti dan Tante Nisa pulang, Bunda pun di Jaga oleh Ayah dan Oma En.

Waktu demi waktu dijalani bunda dengan menahan rasa sakit dan meremas-remas tangan, bahkan tubuh Ayah dan Oma En. Sekitar pukul sebelas lebih, terjadi pecah ketuban atau yang sering disebut "tos" oleh orang-orang. Namun, menurut keterangan Bidan, kepala Fayra masih cukup jauh dari jalan persalinan. Bidan berulang kali menyrankan bunda untuk banyak minum, bahkan diminta untuk minum susu agar memiliki tenaga untuk persalinan. Namun, saat minum susu, bunda malah merasakan mual. Sementara itu, tenaga Bunda sudah hampir habis karena waktu berangkat ke puskesmas belum makan. Bidan pun memberi alternatif untuk pasang infus sebagai asupan nutrisi untuk menambah tenaga His (uwat : jawa) datang.

Butuh waktu lebih dari satu jam untuk melihat kemajuan Fayra dalam perjalanan keluar dari jalan persalinan. Karena terlalu lama, proses persalinan pun akhirnya di bantu dengan bidan Lina mendorong perut Bunda agar Fayra cepat keluar. Sementara itu, Ibu Uti telah hadir di ruang persalinan. Ibu Uti datang bersama Om Tanto untuk menemani Tante Nisa di luar ruang persalinan.

Dengan bantuan dorong oleh Bidan Lina saat His terjadi, Bunda harus berjuang lebih keras lagi. Bagaimana pun juga, jika Bunda tidak bisa mengatur nafas dan mengeluarkan tenaga sekuat mungkin, bantuan dorong Bidan Lina tak akan berguna. His terjadi berulang kali, Bidan Lina pun mendorong sekiuat tenaga hingga bercucuran keringat.

Hingga akhirnya, pukul 11:57 WIB kepala dan sebagian tubuh Fayra terlihat oleh ayah keluar dari jalan persalinan. Semuanya nampak bernafas lega. Bukan hanya Bunda, Ayah, Ibu Uti, dan Oma En serta bidan pun lega mendengar tangisan Fayra yang begitu kencang. Fayra pun terlahir di dunia... :)

Inilah kutipan keterangan lagir Fayra..
Tanggal Persalinan : 25 Juni 2016, pukul 00:00 WIB.
Umur Kehamilan : 40 minggu
Penolong persalinan : Bidan, cara persalinan : Normal.
Keadaan Bayi Saat Lahir
[ v ] Segera menangis
Berat Lahir : 2900 gram,
Panjang Badan : 48 cm,
Lingkar kepala : 30 cm, (ini belum pasti, tulisan tidak jelas.. :)
Jenis kelamin : perempuan
Jenis kelahiran : tunggal
NB : Terdapat perbedaan dalam penulisan jam lahir di buku keterangan dengan yang Ayah Fayra lihat. Hal ini mungkin karena Bidan penolong persalinan menggenapkan jadi pukul 00:00 WIB, bukan 11:57 WIB seperti yang ayah lihat dari jam dinding di ruang persalinan. 

Related Posts :

0 Response to "Kelahiran Fayra, Penantian dan Perjuangan"

Post a Comment